Selasa, 31 Januari 2012

touch of Bollywood

Inspired by this look, (she is Preity Zinta in Saree dress)
so i decided to make a look that have a touch of Bollywood style.
Check it out ;)




simple dress, or mini dress. then give it a touch of Indian shades shawl. 
But don't forget with the accessories, it's crucial for the look :)
I hope this may be useful.
so good luck!



Sabtu, 28 Januari 2012

Rebellious Fighter

Insired by her SOOO MUCH !!! Asuka Kazama From Tekken Character XD


Layering Jeans Jacket, loose Blouse, and stripped tank top

Donna (pt 8)

Dan sekarang dia sudah berada di istana, di kamarnya tepatnya. Dia tersungkur begitu keluar dari cermin di kamarnya. Betapa ia ingin menangis pada saat itu juga. Namun apabila begitu berapa banyak waktu yang akan habis? pikirnya, dia harus memberikan obat itu pada ayahnya. Maka ia pun berlari dengan kencang sepanjang lorong menuju kamar raja. Membuka pintu dengan satu dorongan keras.
"Ayah!!!"
"Donna" seru sang Ratu. "Kemana saja kau dua hari ini nak??"
Sang raja belum sadar rupaanya.
"Aku mencari obat untuk ayah bu"
Dengan cepat Donna menuangkan obat itu ke sendok, dan menyuapkannya. Sungguh ajaib! Obat itu bereaksi amat cepat. Sang raja terbatuk. Raja terus batuk dan muntah.
"Panggilkan dokter bu!" Kata Donna.
"I...iya nak" sang Ratu keluar.

Pada saat itu batuk raja mereda, dan berhenti. Ayahnya berbaring lagi, namun sudah membuka matanya. Dia sudah sadar walaupun masih agak lemah, Donna menangis, di samping ranjang ayahnya. Ratu datang dgn membawa dokter, dia tercengang melihat Raja yang sudah sadar. "Yang Muliaaa" sambil menghampiri Donna yg sedang menangis.

Setelah diperiksa ulang, Raja dinyatakan telah sembuh total. Betapa bahagianya Donna.

Namun dibalik kebahagiannya itu, sebenarnya masih ada kehampaan di dalam hatinya.
Hari, minggu, dan bulan berlalu, namun Donna masih merasakan kehampaan dalam dirinya.
"Mungkin ini yg dinamakan patah hati" Donna membatin.


Ooooooooooo


Disamping itu kehidupan Donna membaik, dia menjadi ramah, dan murah senyum. Sekarang semua orang menyukai dia. Dia pun bahagia akan itu.
Tepat dua bulan setelah kesembuhan ayahnya, Cheery pulang dengan Mark. Kataya mau meminta izin atas pernikahannya. "Yang muliaaaaa" jeritnya
"Cherr!!! Kau pulang juga rupanya, hampir saja ku bilang kau sudah mati pada orangtuamu" katanya. "Kau jangan memanggil aku yang mulia lagi"
"Haha, benarkah? Kurasa memang akan lebih baik kalau aku memanggilmu Donna. Ya Tuhan, tak kusangka aku akan menikah!" Jeritnya.
"Aku jugaa" Wajah Donna memerah, sudah lama ia tidak seriang itu. Mereka berbincang-bincang seperti kawan lama.
"Ngomong-ngomong, kau kesini dengan siapa saja?" Tanya Donna.
"Aku, dan Mark. Saja kenapa?"
"Ah, tidak. Tidak apa-apa" katanya. Air mukanya berubah murung.
"George bilang dia mau menyusul, tapi entahlah" lanjut Cherry.
"George mau kesini??" Tanya Donna semangat. Cherry menatap nakal. "Sungguh aku baru pertama kali melihatmu begini Don" Donna tersipu.

Hari sudah agak gelap, Donna sendiri di kamar, lalu ada surat menyelip dibawah pintunya. Donna membuka pintu, dan tak ada orang yang muncul. Iapun masuk lagi.
Isi surat itu : "Temui aku di halamanmu, -George-"
Donna tersenyum bahagia. Dan segera berberes-beres. Dia akan bertemu George.
Halaman sudah gelap, Donna membawa sebuah lampu tangan untuk menerangi jalannya. Disana dia disambut sosok yang familier dengannya. Donna memandang dengan senyum sumringah. “George?”
Donna mendekat, dan sosok itu diam disana.
"Kau datang George?" Donna tersenyum.
"Maafkan aku, kurasa aku membuatmu sedikt lama menunggu pasti?" Jawab George, dengan senyuman yang juga tidak dapat disembunyikan oleh gelapnya malam.
George bertelut, meraih tangan Donna. mengeluarkan kotak merah dari sakunya, dan membukanya. Sebuah cincin berlian didalamnya.
"Yang Mulia, Putri Donna ... Mau kah kau menjadi istri ku?"
Donna tak berkata apa-apa selain mengangguk. George bangkit berdiri dan memeluknya dengan erat
"Terimakasih" katanya,

-tamat-

Donna (pt 7)

"Kita sampai! Kau boleh turun sekarang Cher" kata mark. "Disini?" Sambar Donna.
"Kau turun lah, mau sampai kapan kau diatas kuda"kata George
"Aku tak melihat ada rumah sama sekali disini" kata Cherry, disusul oleh anggukan setuju dari Donna.
"Tunggu sampai kau mendongak" kata Mark. Maka mereka pun mendongak. Rumah pohon. Penyihir itu tinggal dirumah pohon rupanya. Wajah dua gadis itu terperangah melihatnya.
"Tapi bagai mana kita masuk? Aku tak melihat tangga disini" tanya Donna sambil melihat sekeliling, George pun mulai berteriak "Ny.Zimbi!!"
"Nyonya kau didalam? Boleh kami masuk!" Katanya lg.
Lalu terdengar suara wanita dr dlm. "Siapa itu kami?"
"Aku George, Sepupuku Mark, Putri dan seorang pelayannya"
"Sebutkan kata sandinya nak!"
"Mana aku tau!" George mengutuk.
"Kau benar, itu kata sandinya" lalu sebuah tangga dengan tali turun dari celah petak di rumah pohon itu.
“Naiklah”, kata George menatap Donna. Akhirnya dia naik disusul oleh Cherry, Mark dan terakhir George. Donna begitu antusias ingin melihat isi rumah si penyihir. Isinya luar biasa! Betul-betul layaknya seorang penyihir. Ada cermin sebesar Tembok yg retak-retak. Ada baskom ramuan mendidih. Dll

Mereka masih terkesima dengan isi rumah itu. Dan Ny.zimbi pun muncul. Diluar dugaan Donna. Ny.Zimbi amat cantik, dan wajahnya ramah. Mereka tadinya berpikir akan bertemu penyihir gendut yg suka berbicara dgn binatang selain anjing. Ternyata ... Donna terkaget kaget.

"Kalau boleh ku tebak, kau adalah putri raja yg ingin menyembuhkan ayahmu lalu menemui ku kan?” Tanyanya .
"Bagaimana kau bisa tau?"
"Aku penyihir, nona, jangan terlalu heran" katanya sambil mengibaskan tangan. "Dan kau Pangeran George, lama tak bertemu" George menegang.
"Maaf, tunggu sebentar! Siapa? George? Pangeran?" Donna memotong pembicaraan dengan mata terbelalak & keheranan. "George…. Kau … seorang pangeran?" Donna bertanya, matanya menyipit, menyelidiki. George hanya diam.
"Kau pembohong George" kata Donna agak sedikit dengan wajah jijik.
"Aku tidak pernah berbohong. Itu karena kau tidak pernah bertanya" jawabnya membela diri.

"Tunggu, kalau George adalah pangeran, apakah mngkn Mark juga?" Tanya Cherry tiba-tiba menatap Mark.
"Aku? Tidak Cher, satu pengeran cukup"
"Tentu saja satu pangeran cukup, dan satu. Orang putra mahkota. Iya kan Markus?" Cetus Ny.Zimbi
"Putra apa? Putra mahkota? Kalian bercanda!" sekali lagi Donna tercengang akan kenyataan yang baru diutarakan oleh Ny.Zimbi.
“Mark, katakan bahwa Ny.Zimbi hanya bercanda” pinta Cherry
"Dia tidak bercanda Cher, dan dapat kupastikan kau akan menjadi Putri mahkota bagiku" Jawab Mark menggenggam tangan Cherry. Suasana menjadi aneh.
"Kurasa kalian harus berhenti sekarang, karena aku mau muntah melihat kalian berdua" seru Donna.
"Aku ikut dengan mu!" Kata Ny.Zimbi mengangkat tangannya.

"Sudah lah, kita sudahkan saja. Ny.Zimbi kau tau tujuan kami datang kemari. Bolehkah kami meminta obat itu sekarang?" Tanya George.
"Oh, tentu saja, aku sudah tau kalian mau datang, Pyrota mengawasi kalian sepanjang jalan asal kau tau, dia burung beo yang cerdas." Katanya
"Burung beo katamu? Jadi bayangan yg sering mucul itu, burung beo?" Kata George seperti tdk percaya.
"Memang kau kira apa?" Tanya Ny.Zimbi sambil tertawa mencemooh.
"Nah ini dia, obatnya" mengeluarkan sebuah botol kecil dr lemari, lalu mengisinya dengan ramuan yg ada didalam kuali mendidih diatas kompor.

"Segera berikan pada ayahmu, obat ini hanya bisa bertahan selama satu jam, atau efeknya akan hilang" menyodorkan botol itu pada Donna.
"SATU JAM!!" Mereka serempak berteriak, Ny.Zimbi pun ikut kaget.
"Ada apa anak-anak? Kukira kalian sudah mendapat yg kalian mau kan?"
"Begini, kurasa kau salah hitung Nyonya, karena perjalanan kami kesini butuh dua hari, dan kau memberi kami satu jam untuk kembali?" Donna merepet.
"Aku tidak sejahat itu tuan putri, aku pasti punya alasan, kau lihat cermin itu? Kau akan pulang dari sana" Menunjuk cermin sebesar dinding.
"Kurang dari satu menit kurasa" Mark berkomentar.
"Kurasa kau benar Mark" sahut Donna.
"Jadi tunggu apa lagi?" Kata Donna menuju cermin, namun semuanya berdiam, seperti hanya Donna yang antusias.
"Ada apa ini? Kalian tidak ikut dengan ku? Cherry?" Donna menatap mereka satu persatu tercengang.
"Akuu.. Maafkan aku yang mulia, tapi kurasa aku akan ikut Mark ke negerinya, kau tau maksudku kan, maafkan aku" Donna tak habis pikir. Wajahnya memancarkan bahwa dirinya tidak terima.
"Baiklah Cher, tapi kuharap kau sempat kembali untuk meminta ijin dari ibumu, atau aku akan bilang kau mati dimakan harimau!" Ungkapnya.
Tenang saja!" Kata Mark dan Cheery bersamaan.
"Tenang yg mulia, aku pasti kembali, walaupun sebentar. Untuk pamit kepada mereka" lanjut Cherry
"Dan kau George, well, aku tak berharap betul kau mau ikut" ujar Donna sambil tercekat.
"Tugasku sudah selesai, Putri" jawab George.
Donna bisa merasakan airmata yg hampir keluar dari pelupuk matanya. Suaranya gemetar menahan tangis. Menelan ludah dan menggigit bibirnya.
"Baiklah, aku pulang.. Terimakasih banyak teman-teman, Sungguh aku berhutang banyak pada kalian. Semoga kalian bahagia" ucapnya lirih
"Kau kehilangan waktumu nona" Ny.Zimbi mengingatkan.
"Baiklah, sampai jumpa" sesaat Donna melompat ke dalam cermin.

Donna (pt 6)

"Ooh, Hey George!! Kukira kau akan membangunkan ku untuk berjaga!" Katanya Mark yg terbangun sambil meregangkan tubuhnya. Disusul oleh Donna. George memperhatikan saat Donna terbangun, tak sengaja Donna melihatnya. Wajah mereka masing2 berubah merah mengingat semalam.

Mark menghampiri Cherry. "Cherr, bangun.. Mau sampai kapan kau tidur begitu?" sambil menggoyang2-goyangkan Cherry. Cherry mengeluh lalu terkejut.
"Astaga, sudah pagi rupanya" George & Donna tak tau sejak kapan kedua temannya ini menjadi sangat....sangat akrab!

"Jadi bagaimana tidur mu?" Tanya George,
"Lumayan juga setelah di coba, Astaga George. Kantung matamu!! Kau tidak tidur semalaman?"
"Terimakasih kau telah memperhatikan kantung mataku Don, Namun sungguh aku tak perduli. Aku ingin kita cepat sampai ke Ny.zimbi" jawabnya
"Okeey, kurasa kita berangkat sekarang!" Kata Mark dari dekat kuda. Ternyata dia sudah menyiapkan segalnya.
"Trims sobat! Kita sudah dekat"

Mereka memulai perjalanan. Namun ternyata kali ini lebih berbukit dan banyak jalanan yg melandai. Kata Mark segini lumayan, asal tidak hujan.

Perjalanan kali ini pun terasa lebih kaku antara Donna dan  George. Mereka benar-benar diam saja selama pejalanan dan waktu mereka makan siang tadi. Sampai hari mulai sore, mereka berhenti lagi. Kali ini dibawah sebuah pohon maha besar yang dirasa umurnya sudah lebih dari 100 tahun.

Jumat, 27 Januari 2012

ultra vintage suede black dress



Donna (Pt 5)


Mulai dari sana mereka berkuda, Cherry ngotot tidak mau bersama George. Jadi Donna dengan George lalu Cherry dengan Mark. Dalam hati sebenarnya Donna ingin naik kuda bersama Mark daripada bersama si Judes George ini. Sepanjang perjalanan mereka diam-diaman saja. Terkadang terdengar Mark dan Cherry yg bercanda-canda diatas kudanya. Sedangkan mereka berdua seperti sedang perang dingin saja memandang ke depan dengan kaku. Namun diam-diam Donna memperhatikan dengan sesama sosok George yang dihadapannya itu.

Secara fisik George memang tdak kalah menawan daripada Mark, namun Mark terlihat lebih hangat dan lebih ramah daripada George yg angkuh ini. Rambutnya coklat terang, sama dgn warna matanya, kulitnya kuning pucat, dan tubuh yang tinggi tegap dengan punggung yg lebar.

Akhirnya, Tak tahan dengan kebisuan diantara mereka, maka Donna memberanikan diri memulai pembicaraan. "Hutan ini sepi sekali yah?" Katanya asal-asalan.
"Ini hutan, wajar kalau sepi" jawab george sama ngasalnya.
Tapi Donna tak berhenti disitu.
"Kau, siapanya mark?" Tanyanya agak meragu.
"Kau siapanya Mark?"
"Loh kau belum jawab tapi malah balik nanya sih?"
"Aku, sepupu Mark" jawab George. "Sekarang kau yg jawab!"
"Aku? Aku kenal Mark beberapa hari yang lalu. Dia menolongku waktu jatuh dari kuda" jelas Donna.
"Oh..." Balas George mengangguk
"Oh iya! Kau sudah pernah ke tempat Ny.Zimbi itu?"
"Pernah, dulu sekali.. Dia wanita yg aneh. Kau tau... Dia benar-benar aneh menurutku"
"Maksudmu? Kurasa memang semua penyihir harusnya aneh kan?" George mengangkat bahunya terdiam. Lalu tiba-tiba kuda mereka berhenti.
"Kenapa berhenti?" Tanya Donna.
George diam melihat sekeliling dengan tajam. Memberi sinyal kepada Mark yg dibelakang untuk berhenti juga.
"Ada apa?" Tanya Mark.
"Entahlah, sepertinya aku merasa kita sedang diawasi" "Benarkah? Aku tidak. Ayolah kawan, jangan terlalu perasa"
"Aku serius, tapi yasudahlah. Kita lanjut saja. Tapi kuminta kau pasang terus pengawasnmu. Jangan lengah!"
"Baiklah..." Mereka lanjut lagi.
Hari mulai gelap, mereka memutuskan untuk istirahat. Cherry mengeluarkan makanan dan selimut perbekalan mereka. Mark membuat api.
"Aku mengantuk sekali" kata Donna sambil menguap.
"Kalian tidurlah dulu. Aku akan berjaga" ucap Mark pada Donna dan Cherry.
"Kau juga tidurlah, kita harus bergilir sampai pagi" ucapnya pada George.
"Tidak, kau dulu saja. Aku belum mengantuk" katanya. Mark pun tidur
Sudah hampir 1jam George berjaga di dekat api yg dibuat mark tadi. Tiba" terdengar bunyi-bunyi dari belakang. *kresk kresk kresk*
George kaget dan berdiri, sesaat kemudian dia melihat sekelebat bayangan di balik pohon didekatnya. Gerakan bayangan itu amat cepat.
"Siapa disana?" Katanya. Namun suasana sepi kembali.
"Ada apa George?" Donna rupanya terbangun dan sudah berdiri di belakangnya.
"Kau!! Mengagetkanku saja!" kata George melihat Donna yg berdiri dengan selimut dibahunya. "Kenapa kau tidak tidur?"
"Aku tidak biasa tidur di tanah yg keras bgitu"
"oh, iya.. Kau seorang putri. Wajar kalau kau begitu" nadanya menyindir. Donna tak menjawab
Mereka duduk dekat api unggun, namun tak ada satupun yg mencoba bicara. Sampai akhirnya "Aku rindu ayahku" Donna menggumam sendiri. George menoleh ke arah Donna. Dalam sepersekian detik. Ada rasa simpati dalam dirinya terhadap Donna. Dia ingin menghibur wanita itu. Namun yg bisa dilakukan George hanyalah mengusap-usap kepala Donna. "Tenanglah, ayahmu pasti bisa sembuh. Dia juga merindukanmu kurasa" Tambahnya
Donna meraih tangan George dari kepalanya lalu kemudian menggenggamnya. Jantung George berdegup sangat kencang, namun dia harus tetap tenang...tenang… kau harus tenang. George membatin.
George makin gugup, entah kenapa dia bisa segugup itu. Donna memang cantik. Tapi ini bukan pertama kalinya dia berpegangan dengan wanita cantik. Donna menoleh, menatap George dengan matanya yang sendu
"Terimakasih George. Terimakasih kau mau membantuku, dan sekarang kau menghiburku, terimakasih banyak" Ucap Donna sambil tersenyum.
George meleleh.
Belum sempat menjawab apa-apa, tiba-tiba Donna suah mendekat dan memberinya sebuah kecupan tepat di pipi. George kaget sekali. Wajahnya merah padam tidak berani menatap wajah Donna secara langsung.
“Kau tidurlah lagi, kalau lancar kurasa besok kita sudah sampai di tempat Ny.Zimbi”
Sebenarnya Donna juga tidak mengerti apa yang baru saja dia lakukan. Dia mengutuki dirinya sendiri karena bertindak diluar akal sehat.
“Baiklah, aku akan mencoba tidur. Malam George”
“Iya, malam”

Akhirnya semalaman George tidak tidur sama sekali. Bayangan-bayangan yang semalam dilihat juga tidak muncul sama sekali. Sampai matahari terbit.

audisi mega bintang

entahlah, gue rasa judulnya agak berlebih-lebih-lebih-lebih-lebihan.
Jadi ceritanya kemarin itu gue pergi dong, ke Audisi Indonesian Idol, acara Talent show gitu.
bisa dibilang dadakan banget.
Audisinya itu tanggal 25-27 Januari 2012, dan gue baru inget pas tanggal 24 Januari tengah malem.
gue langsung kasih tau nyokap, yang saat itu udah bobobobo didepan tivi.
"Ma! ternyata besok itu audisi Indonesian Idol!"
"Lah terus lo gimana?"
"ngga tau, menurut mama?"
"ngga tau, terserah lo."
"....."

gue juga sempet tanya beberapa temen gue, kata mereka ikut aja. tapi gue mikir, kalo hari pertama mungkin gue ngga bakalan siap. jadiiiiii, hari pertama gue lewatkan dengan mempersiapkan segala biji persyaratan audisi itu.
Malemnya sempet ngga bisa tidur gegara deg-degan. tapi dipaksain aja, tiddur beberapa jam, bangun jam 4. Bukan, gue bukan mau berangkat jam 4subuh, tapi emang gue mau nonton bola.
tadinya nyokap mau nganterin, tetapi hati ini tak tega menyuruh dia ikut mengantri. jadi gue berangkat sendiri.

Jam 08.00 pagi, gue sampe di JIEXPO disambut ratusan manusia menemut di depan pager.
well, gue ngga mau nyeritain selama gue ngantri. mungkin bisa jadi buku.

saat audisi sudah dekat. pukul 14.00 (kira-kira) jantung gue seperti mau jatoh ke lantai.
waktu gue memasuki ruangan, bertemu juri-juri unyuuu (seriusan mereka unyu)
disuruh nyanyiin beberapa lagu, dari adele, sampe andien.

at last, Voila!! lolos tahap1 menyisihkan beberapa puluh orang diruangan itu :")
Audisi ke 2 udah gue jalani. katanya tinggal tunggu telepon buat ketemu juri-juri artis.

I'm just wish for my best. Hope you guys pray for me too .

love you XOXO
Lensia Risa

Selasa, 24 Januari 2012

Donna (Pt 4)


Sama kaget nya, Mark pun terbelalak. "Tu..tuan putri?!" George bingung,
"Siapa tuan putri? Wanita ini??" Menunjuk kearah Donna. "Serius?" lanjutnya.
"Sekarang kau tau siapa aku yang hampir mati ditabrak kuda mu! Kurasa belum terlambat kalau kau mau minta maaf!",
"Minta maaf? Aku? Kau bercanda. Aku tidak akan mau!"
Melihat ketegangan ini Mark menegahi "Hei, sudahlah George, apa susahnya sih?" Melihat Donna " Maafkan kami Yang Mulia" Donna mengangguk.
George diam saja, kembali ke kuda. Seperti memeriksa keadaan kudanya. Atau mungkin hanya pura-pura memeriksa, karena malu dan gengsi.
Mark tetap ditempat. "Sebenarnya apa yang sedang dilakukan yang mulia disini?"
"Aku? Umm, Sebenarnya ceritanya panjang. Begini.....” lalu Donna menceritakan semuanya, mulai dari peristiwa kebun buah dan ayahnya yang jatuh sakit karenanya.
"Begitu lah, jadi kupikir mengingat supir kereta yang kabur, dan kami juga tidak tau arah. Jadii....." menatap Mark, dengan maksud tertentu.
Mark mengangkat alisnya, "Maksudmu?? Kami .. Oh aku mengerti maksudmu. Tapi aku tidak yakin rekanku disana akan setuju"
Mereka serempak menoleh ke arah George yang sedang menyibukkan dirinya sendiri.
"Tenang, aku ada ide, kau Cherry, berbaringlah!! Sekarang!"
"Aku? Kenapa?"
"Sudah, lakukan saja, jangan buka mata sebelum aku suruh! Sekaraaanngg!!"
"Di tanah ini Yang mulia??"
" Iya, masa dikasur!!"
Cherry menurut, dia berbaring di tanah, "Sebenarnya apa maumu?" Tanya mark.
"Kau ikuti saja!" Lalu donna mulai berteriak. "ASTAGA CHERRY!!"
"Cherry kau kenapa?? Bangun!!" Donna menjerit2 & duduk di sebelahnya. Cherry membuka mata mengintip, yg disambut oleh mata melotot Donna.
"Mark, kita harus mengangkatnya kedalam kereta. Tapi kurasa kau tidak kuat sendiri, harusnya kita bisa mendapat bantuan seorang lagi!"
Merasa tersindir, George menengok. Namun masih ragu mau menolong atau tidak "George, kurasa aku butuh bantuanmu!!" Panggil Mark.
Dengan wajah kesal, George mendatangi mereka dan bersama-sama menggotong Cherry kedalam kereta "Tak seberat yg kukira" katanya.
"Aku sedang lemas" jawab mark membela diri. "Kau naik lah, aku akan mengemudikan keretanya." Lanjut mark bergegas ke tempat kemudi.
"Kenapa aku harus ikut? Aku tidak mau satu kereta dengan orang macam dia" menoleh ke arah Donna yg sudah didalam. "Lagipula kudaku?"
"Baiklah, kau bawa kudamu ikut denganku, kita harus ikut George. Mereka cuma berdua saja. Kurasa kau masih punya rasa kasihan kan?"
"Terserah kau lah!!" George akhirnya menyerah. Membawa kudanya mengikuti disamping kereta.
"Kau mau bawa mereka ke mana?" 
"Kau tau Ny.Zimbi?"
"Penyihir itu? Jangan bilang kita akan kesana? Kau bercanda mark! Memang dia sakit apa sampai harus dibawa kesana?"
"Bukan, kita bukan kesana untuk mengobati wanita itu. Tapi untuk mengobati sang Raja. Ayah tuan putri yang sedang sakit keras" jelas Mark. "Kurasa, kita harus berhenti disini, kau tau jalan kesana agak sulit ditempuh apabila kita membawa kereta ini. Suruh mereka turun"
Dengan ogah-ogahan George mengetuk pintu kereta. Mereka menjawab dari jendela.
"Ada apa? Kita sudah sampai?"
"Hooo, kau pikir sedekat itu. Turunlah, dari sini kita naik kuda saja. Tidak mungkin naik kereta ke rumah penyihir Zimbi." Donna turun dengan ragu "Penyihir siapa?"
"Ny.Zimbi. Menurut peta ini, tempat yang kau maksud sepertinya rumah Ny.Zimbi. Dia penyihir hutan" kata Mark yang baru turun dari tempatnya.
"Penyihir? Kupikir dia tabib. Maksudku, kupikir orang yang bisa menyembuhkan ayahku adalah tabib. Siapa tadi namanya? Zimbi?" Donna heran.
"Tempatnya masih jauh, beruntunglah kalian bertemu kami, kalau tdk kalian mungkin sdh dimakan harimau" Ketus George "Harimau?" Cherry panik.
"Jangan dengarkan dia Cher, dia suka bercanda. Yang harus kau takutkan adalah George yg mungkin menyerangmu saat kau lengah" Cherry merona.

Donna (Pt 3)


Kereta melaju, Donna diam saja. Namun Cherry tetap saja bingung.
"ehm, ummm Yang mulia, kalau hamba boleh bertanya sebenarnya kita hendak kemana?" Cherry memulai pembicaraan. Donna mengernyit.
"Bagaimana yah... Begini, kau ingat nenek tua di kebun buah itu? Dia yg menyuruhku kesini." Donna menunjukkan gulungan peta yang disimpannya
Cherry makin bingung, "Kenapa dia bisa menyuruh kita ketempat itu? Memang ada apa? Ada apa memang? Memang apa ada?" 
"Entahlah, menurut nenek itu. Ditempat ini kita bisa menemukan sesuatu untuk menyembuhkan ayahku." Ada sedikit keraguan didalam ucapannya.
Percakapan berhenti, kereta terus melaju. Malam semakin larut dan akhirnya mereka tertidur di dalam kereta sampai pagi. Pagi datang, dan Donna terbangun. Keretanya sudah berhenti. Dia membuka jendela, dan kesilauan karena ternyata matahari sudah lumayan tinggi. Dia turun dari kereta, namun mendapati bahwa pengemudi kereta tak ada disana & tidak tau ada dimana dia sekarang. Sepertinya dekat hutan. Dengan panik dia membangunkan Cherry yg masih tidur di dalam kereta.
"Cherry, bangun!! Hey pelayan!! Bangun!! Pengemudi keretanya hilang!!"
Dengan sedikit terjengkang, Cherry bangun. Agak ling-lung "hah, ada apa? Ada apa? Siapa yang hilang?" Tergopoh-gopoh keluar dari kereta.
"Masinisnya hilang"
"Siapa yang hilang?"
"MASINIS! Kau ini tuli??"
"Hah! Lalu! Yang mulia, kita harus bagaimana? Kita dimana sekarang?"
"Aku juga bingung, menurutmu kita dimana sekarang?" Donna mulai membuka gulungan petanya. Mencoba mencari arah walau tidak paham betul.
Dalam kebingungan mereka, tiba-tiba dari dalam hutan terdengar seperti suara kuda melaju ke arah mereka. Donna antara takut & berharap. Suara itu semakin dekat. Donna berjalan menuju arah suara itu. Makin dekat .. Makin dekat .. Sangat dekat ..
"KYAAAAAA!!!"
"HUWAAAA!"
Donna hampir ditabrak oleh seekor kuda, tapi dia sempat melompat ke samping, terjatuh ke dedaunan yg berserakan. "Yang Mulia!!" Jerit Cherry berlari membantu Donna untuk berdiri dan memeriksa apabila ada luka. kuda lainnya muncul dari dalam hutan.
"Ada apa George?" Seru pemuda yang baru datang, George turun dari kudaya
"Hey! Kau sinting? Mau mati??" Setengah berlari ke arah Donna.
Donna yg baru berdiri pun kaget dan terpancing "Kau yang nyaris membunuhku!! Harusnya kau yg minta maaf? Kau tidak tau aku siapa? Hah?"
"Aku tak peduli kau siapa!!" Balas George. Lalu dari belakang George, muncul temannya tadi. Donna ternganga. "MARK??"





TANGLED MIND OF LENSIA: Donna (Pt 2)

TANGLED MIND OF LENSIA: Donna (Pt 2): Tanpa ba bi bu, Donna segera angkat kaki pulang ke istana sambil memikirkan kata" si nenek untuk pergi ke tempat di gulungan peta. Tetapi ...

Donna (Pt 2)


Tanpa ba bi bu, Donna segera angkat kaki pulang ke istana sambil memikirkan kata" si nenek untuk pergi ke tempat di gulungan peta. Tetapi karena melamun dia tidak melihat jalan, sehingga dia dan kudanya terperosok kedalam kubangan, saat dia mencoba untuk bangun ada tangan yang diulurkan kepadanya. Sambil jengkel Donna menyambut tangan tersebut, dia mendongak melihat siapa orang yg hendak membantunya itu? Donna terkesima saat itu juga.
Pria yang amat tampan, kulitnya kecoklatan dengan garis wajah yg keras namun sangat serasi dengan matanya yang dalam. Donna terperangah
"Mau sampai kapan kau duduk disana cantik?"
"Ah, i..iya akuu.. mmm... Sudahlah, lupakan" meraih tangan pemuda itu dan bangkit berdiri. "Terimakasih!" lanjut Donna, sambil tersenyum kikuk. Dia dapat merasakan wajahnya yang merah padam. Antara malu dan gugup. Baru sekali dia merasa segugup ini.
"Tak apa, kau terluka? Ahh, kau terluka rupanya" melihat lecet & sobek di sekujur tubuh dan pakaian Donna. "Ikut aku! Aku akan mengobatimu"
Tetapi tiba-tiba Donna sadar "Tunggu dulu!! Kau mau bawa aku kemana? Aku harus pulang sekarang juga. Karena Ayahku sedang  membutuhkanku!!" Ternyata Donna tak melupakan tugasnya dari si nenek di kebun buah untuk pergi ke tempat apalah sebutannya itu. Penyihir mungkin.
Si pemuda hanya diam menatap reaksi Donna. "Kau terluka dan harus diobati. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang ke rumahmu dimanapun itu"
Tangan Donna ditarik, lebih tepatnya, pemuda itu memapah Donna dengan hati-hati. Ke sebuah gubuk kecil ditepi jalan. Begitu sampai disana. Si Pemuda segera mengambil kotak dari sebuah lemari disudut ruangan. Suasana kikuk diantara mereka begitu terasa.
"Namaku Mark.. Kau?"
"Donna, ehm Putri Donna"
Mark berhenti, mengerjapkaan matanya menatap Donna "Kau pasti bercanda.. Yang mulia putri Donna! Kaukah itu yang mulia?" Mark bertelut dan mengecup tangan Donna.
"Seharusnya kau tau siapa aku dari tadi!! Beraninya kau membawaku ketempat kumuh ini!!" Donna tak mengerti kenapa ucapannya begitu kasar.
"Maafkan hamba yang mulia, tapi kau tidak ada pilihan lain selain ini. Atau kau tetap di jalanan sana bersama kudamu & terluka" jawab Mark
Donna tak bisa menjawab apa"lagi. Mark mulai membersihkan dan membalut luka-lukanya. Dengan seksama. Donna diam saja sambil memperhatikan, kadang mendesis menahan perih ketika Mark mengusap lukanya dengan handuk.

Mark telah selesai mengobati, "Kita kerumahmu.. Err, maksudku Istanamu sekarang yang mulia?" Mark membukakan pintu. Donna berjalan keluar.
"Biar, aku akan pulang sendiri, aku buru-buru"
Donna hendak menaiki kudanya yg diikat di tiang pintu gubuk. Mark menghentikannya.
"Aku sudah bilang kalau aku yg akan mengantarmu tuan putri. Aku bertanggung jawab atas keselamatanmu" Mark berkeras Menatap dalam mata Donna.
Mark naik ke atas kuda. Menarik Donna untuk naik ke atas kuda, dan duduk dibelakangnya.
"Kau siap??" Tanyanya. "Err, Iya!" Donna berpegangan ke pinggang Mark.
Mereka mulai melaju, dan akhirnya sampai di istana. Grand menyambut seperti biasa. Namun wajahnya agak heran melihat Mark.
Donna turun dari kudanya. "Yang mulia dari mana saja? Pergi dari pagi subuh dan baru kembali? dan...ehhemm.." Grand melirik ke arah Mark
"Ceritanya panjang Grand, bagaimana keadaan ayah? Aku harus bertemu ayah sekarang" Donna berbalik ke arah Mark yg baru turun juga dari kuda.
"Kau ikutlah dengan Grand, dia akan memberikan upah padamu. Katakan jumlahnya, biar Grand yg urus" ucapnya, melirik Grand. Grand mengangguk. Baru saja Donna hendak pergi,
“Tuan Putri, mungkin kau salah mengerti. Tapi aku menolongmu bukan untuk meminta uangmu”
"Terserah kau, tapi yang pasti aku tak mau punya hutang padamu" Jawab Donna yang agak terkejut dengan penolakan itu.
"Hamba pulang dulu yang mulia, senang bertemu denganmu"
"Terserah kau Mark! Terserah!! Aku tak perduli denganmu!!" Donna berteriak jengkel, namun Mark tak menoleh sedikitpun. Donna melengos ke arah Grand.
"Grand, panggil Cherry.. Suruh dia siapkan kereta untukku. Kami akan bepergian. Jangan tanya kemana. Lakukan saja apa kataku" perintahnya.
Walaupun agak bingung, namun Grand melaksanakan saja. Sedangkan Donna segera bergegas ke ruangan sang Raja. Menengok keadaan sang ayah.
Sang Raja nampak amat lemas, pucat, dan tak berdaya. Sungguh perih bagi Donna melihatnya. Apalagi mengingat bahwa dialah penyebabnya. Airmata pun tak terbendung lagi, dia menangis disamping ayahnya yang lemah. "Maafkan aku Ayahanda" ucapnya sambil terisak.


Donna (Pt 1)


Suatu hari, di negeri antah berantah. Hiduplah seorang putri. Namanya Donna. Layaknya seorang putri. Dia cantik menawan sempurna rupanya. Sayangnya, tak seperti rupanya yang begitu cantik. Putri Donna memiliki tabiat yang sangaaaatt buruk. Penuh dengki, dan suka memfitnah. Tidak hanya disitu, putri donna juga tidak suka apabila ada orang yang melebihi dia. Lebih cantik, lebih pintar, lebih apapun. Dia tdk suka.

Suatu hari, putri Donna pergi bersama pelayannya Cherry ke sebuah kebun buah. Buah disana segar & ranum. Donna tergiur ingin memakannya. Tanpa ragu dia memetik sebuah apel yang amat merah dan besar. Cherry dengan ragu-ragu berkata “yang mulia, bukankah lebih baik kita minta izin dulu??”
“Untuk apa? Aku tidak perlu minta izin untuk melakukan apapun!! Kau pelayan belagu!! Mau kupecat!??”
“ti..tidak tu..tuan putri.” Jawabnya ketakutan

Donna lalu menggigit apel tersebut, tak disangka, apel itu sangat manis! Apel termanis yang pernah dirasakannya selama ini! Sangking senangnya, donna ingin memiliki seluruhnya. Maka diperintahkannya si pelayan memetik semua apel di taman itu. Pelayan menurut saja. Donna memakan sisa apelnya, sambil memantau Cherry yang memetik apel-apel disana.Tiba2 dari belakang donna muncul seseorang.

"Nona muda.. Kurasa kau sedang mencuri apel-apel ku. Kau harus dihukum!" Donna kaget setengah mati. Seorang nenek muncul tiba-tiba dari belakangnya
"Kau nenek tua, beraninya kau menuduhku mencuri!! Kau pasti tak mengenal aku. Aku adalah tuan putri!!!" Donna melotot, namun menyadari tubuhnya telah mundur sedikit.
“Sekalipun kau putri Raja. Pencuri tetaplah pencuri. Karenanya kau harus dihukum nona.”
Tangan si nenek mencoba menggapai Donna.Donna sontak menghardik, sehingga si nenek terjatuh ke tanah. "Persetan kau nenek tua!!!" Memberi aba-aba pada Cherry untuk pergi segera dari sana.
Cherry mengikuti Donna, namun tak tega melihat si nenek. Lalu dia membantunya berdiri. "Terimakasih nona, kebaikanmu adalah kebahagiaanmu" Cherry tdk begitu mengerti maksud si nenek. Tp karena dia terburu-buru, maka dia hanya bisa tersenyum pada nenek itu dan ikut pergi dengan Donna.

Di perjalanan pulang. Donna terngiang-ngiang ucapan si nenek. Ada sedikit rasa takut dalam dirinya. Tapi diabaikannya. Dia makan apel lagi. Sesampainya di istana. Grand, sang kepala pelayan tergesa-gesa menghampiri dengan wajah yang pucat pasi.
"Ada apa Grand?"
"Beg..begini nona.. Ayah nona... Eh maksudku, Raja.. pi..pingsan, dan belum sadar"
"APPAAHHHH !!!???? " Donna segera berlari ke tempat sang Raja berada. Dia pucat pasi. Disampingnya, sang ratu menemani sambil tersedu-sedu. Mereka berpelukan.
Donna terus berada di samping sang ayah sampai larut malam. Kemudian Ratu berkata “Tidurlah nak, ayahmu akan baik-baik saja.” Donna menurut.

Dikamarnya, Donna melihat, ada sepucuk surat di atas mejanya.. Dengan ragu, dia merobek dan membaca isinya. Bukan main Donna terkejut. Di surat itu tertulis:
"Pencuri adalah pencuri, karenanya dia harus dihukum!" Membacanya lutut Donna gemetar.. Ini tidak mungkin! Batinnya. Pandangannya kabur, dan pikirannya kalut saat itu juga. Dia tidak bisa berkata apa-apa selain menelungkupkan wajah diantara kakinya depanjang malam tanpa sedikitpun tertidur.

Esok paginya, subuh tepatnya. Tanpa ditemani siapapun. Donna menunggangi Kuda menuju kebun buah yang kemarin didatanginya. Bertemu si nenek.
"Apa yang telah kau lakukan nenek tua??!!!" Teriaknya begitu melihat nenek itu.
"Menghukummu Nona muda" Nenek Dengan tenang menjawab.
Donna terjatuh, tubuhnya lemas namun tetap menatap benci "Kau mau membunuh ayahku???"
"Aku? Tidak.. Aku hanya mau mengingatkanmu"
“Kau begitu sombong nak, orang-orang membencimu. Namun kau tidak menyadarinya. Aku hanya ingin kau menyesali perbuatanmu terhadapku!”
“Baik..baiklah, maafkan aku.. Maafkan aku! Puas kau? Sekarang ikut aku ke istana. Sembuhkan ayahku sekarang juga!!!”
Namun nenek itu diam saja ketika Donna hendak menarik tangannya untuk ikut ke istana. "Tidak semudah itu nona muda" 
"Apa lagi sih!! Kau mau membunuhku sekalian disini? Apa maumu sebenarnya???"
Nenek itu diam, sambil mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari saku dan memberikannya ke Donna.
Donna penasaran, membuka gulungan tersebut yang isinya seperti sebuah peta. Usang dan agak buram. Dia mengernyit ke arah nenek. "Apa Ini??"
"Itu adalah penunjuk arah ke tempat orang yang bisa menyembuhkan ayahmu. Ajaklah pelayanmu kesana, & bawa perlengkapanmu" si nenek berbalik.
Donna murka atas penjelasan nenek "Kau nenek tua!! Kau tidak bisa menyembuhkan ayahku sekarang?? Kenapa harus aku yang melakukan ini semua"
“Perlu kesungguhan hati kalau kau mau ayahmu sembuh. Kau meminta maaf tapi sepertinya tidak dari hatimu. Keputusan ada ditanganmu nak”





Jumat, 20 Januari 2012

Madridista

I was a Milanisti because of this Man. the first man that make me looking for football or soccer. (i don't give a shit about that)
he was young, and very talented

What a Man!
(you know, When a man is faithful to  God. MARRY HIM!)


And now, I became a Madridista Still because of this man .

the trade mark pose whenever he scores


This Man is Amazingly amazing! I'm really into him like you know FOREVER!!!!!!!




Kamis, 19 Januari 2012

that awkward moment


selalu malu kalo harus ngasih alamat email. tapi males bikin email baru. yaudah lah, tahanin malu aja.

orang : lens, alamat email lu apaan?
gue : emang buat apaan?
orang : gue mau ngirim tugas blablablablabla . . . jadi apa alamat email lo?
gue : sini gue yang tulis *malu-malu* *nulis*
orang : ............... BAHAHAHAHAHAHAHAHHA !!!!!!

school look


selalu pengen pake seragam yang lucu-lucu unyu-unyu kayak gini.
tapi apa daya. secara saya anak sekolah negri garis keras yang saya pake putih abu-abu, putih biru dan putih merah.
sepanjang dunia persekolahan memang seragam yang paling berwarna itu ya masa SMP (SMP N 45).
soalnya, di 45 tiap hari ganti seragam. I mean, setiap hari bener-bener beda judul gitu loh seragamnya.
Senin putih-putih,
Selasa putih-biru
Rabu baju kotak-kotak merah-rok putih (Kesukaan gue)
Kamis batik biru-rok putih
Jum'at harusnya baju muslim, tapi karena gue Non-Muslim jadinya pake kemeja putih lengan panjang dan rok hitam panjang (gue nggak suka seragam begini. putih-item berasa gimanaaa gitu)
Sabtu pastinya baju Pramuka! gue suka banget loh sama baju pramuka, kesannya rapihhh gitu. dan enaknya lagi. kemeja pramuka itu dikeluarin. :DDDDD

udah ah nostalgia nya.
see you
-Lensia Risa- XOXO

Minggu, 08 Januari 2012

Lipsinc (lagi)

kali ini orang nya lebih banyak. kira-kira satu kabupaten ikut serta dalam pembuatan video ini .
http://www.youtube.com/watch?v=c6rteepcfGM&feature=mfu_in_order&list=UL

parodi iklan



first week of 2012

orang-orangnya sama, tapi kualitas nya pasti terus bertambah :D
dan tentunya akan selalu ada sesuatu yang baru dari kita .





new haircut

2012 with new hair cut !!! hopefully bisa keliatan seperti anak belasan tahun ketimbang wanita penghujung duapuluhan . . . -____-"