Jumat, 27 Januari 2012

Donna (Pt 5)


Mulai dari sana mereka berkuda, Cherry ngotot tidak mau bersama George. Jadi Donna dengan George lalu Cherry dengan Mark. Dalam hati sebenarnya Donna ingin naik kuda bersama Mark daripada bersama si Judes George ini. Sepanjang perjalanan mereka diam-diaman saja. Terkadang terdengar Mark dan Cherry yg bercanda-canda diatas kudanya. Sedangkan mereka berdua seperti sedang perang dingin saja memandang ke depan dengan kaku. Namun diam-diam Donna memperhatikan dengan sesama sosok George yang dihadapannya itu.

Secara fisik George memang tdak kalah menawan daripada Mark, namun Mark terlihat lebih hangat dan lebih ramah daripada George yg angkuh ini. Rambutnya coklat terang, sama dgn warna matanya, kulitnya kuning pucat, dan tubuh yang tinggi tegap dengan punggung yg lebar.

Akhirnya, Tak tahan dengan kebisuan diantara mereka, maka Donna memberanikan diri memulai pembicaraan. "Hutan ini sepi sekali yah?" Katanya asal-asalan.
"Ini hutan, wajar kalau sepi" jawab george sama ngasalnya.
Tapi Donna tak berhenti disitu.
"Kau, siapanya mark?" Tanyanya agak meragu.
"Kau siapanya Mark?"
"Loh kau belum jawab tapi malah balik nanya sih?"
"Aku, sepupu Mark" jawab George. "Sekarang kau yg jawab!"
"Aku? Aku kenal Mark beberapa hari yang lalu. Dia menolongku waktu jatuh dari kuda" jelas Donna.
"Oh..." Balas George mengangguk
"Oh iya! Kau sudah pernah ke tempat Ny.Zimbi itu?"
"Pernah, dulu sekali.. Dia wanita yg aneh. Kau tau... Dia benar-benar aneh menurutku"
"Maksudmu? Kurasa memang semua penyihir harusnya aneh kan?" George mengangkat bahunya terdiam. Lalu tiba-tiba kuda mereka berhenti.
"Kenapa berhenti?" Tanya Donna.
George diam melihat sekeliling dengan tajam. Memberi sinyal kepada Mark yg dibelakang untuk berhenti juga.
"Ada apa?" Tanya Mark.
"Entahlah, sepertinya aku merasa kita sedang diawasi" "Benarkah? Aku tidak. Ayolah kawan, jangan terlalu perasa"
"Aku serius, tapi yasudahlah. Kita lanjut saja. Tapi kuminta kau pasang terus pengawasnmu. Jangan lengah!"
"Baiklah..." Mereka lanjut lagi.
Hari mulai gelap, mereka memutuskan untuk istirahat. Cherry mengeluarkan makanan dan selimut perbekalan mereka. Mark membuat api.
"Aku mengantuk sekali" kata Donna sambil menguap.
"Kalian tidurlah dulu. Aku akan berjaga" ucap Mark pada Donna dan Cherry.
"Kau juga tidurlah, kita harus bergilir sampai pagi" ucapnya pada George.
"Tidak, kau dulu saja. Aku belum mengantuk" katanya. Mark pun tidur
Sudah hampir 1jam George berjaga di dekat api yg dibuat mark tadi. Tiba" terdengar bunyi-bunyi dari belakang. *kresk kresk kresk*
George kaget dan berdiri, sesaat kemudian dia melihat sekelebat bayangan di balik pohon didekatnya. Gerakan bayangan itu amat cepat.
"Siapa disana?" Katanya. Namun suasana sepi kembali.
"Ada apa George?" Donna rupanya terbangun dan sudah berdiri di belakangnya.
"Kau!! Mengagetkanku saja!" kata George melihat Donna yg berdiri dengan selimut dibahunya. "Kenapa kau tidak tidur?"
"Aku tidak biasa tidur di tanah yg keras bgitu"
"oh, iya.. Kau seorang putri. Wajar kalau kau begitu" nadanya menyindir. Donna tak menjawab
Mereka duduk dekat api unggun, namun tak ada satupun yg mencoba bicara. Sampai akhirnya "Aku rindu ayahku" Donna menggumam sendiri. George menoleh ke arah Donna. Dalam sepersekian detik. Ada rasa simpati dalam dirinya terhadap Donna. Dia ingin menghibur wanita itu. Namun yg bisa dilakukan George hanyalah mengusap-usap kepala Donna. "Tenanglah, ayahmu pasti bisa sembuh. Dia juga merindukanmu kurasa" Tambahnya
Donna meraih tangan George dari kepalanya lalu kemudian menggenggamnya. Jantung George berdegup sangat kencang, namun dia harus tetap tenang...tenang… kau harus tenang. George membatin.
George makin gugup, entah kenapa dia bisa segugup itu. Donna memang cantik. Tapi ini bukan pertama kalinya dia berpegangan dengan wanita cantik. Donna menoleh, menatap George dengan matanya yang sendu
"Terimakasih George. Terimakasih kau mau membantuku, dan sekarang kau menghiburku, terimakasih banyak" Ucap Donna sambil tersenyum.
George meleleh.
Belum sempat menjawab apa-apa, tiba-tiba Donna suah mendekat dan memberinya sebuah kecupan tepat di pipi. George kaget sekali. Wajahnya merah padam tidak berani menatap wajah Donna secara langsung.
“Kau tidurlah lagi, kalau lancar kurasa besok kita sudah sampai di tempat Ny.Zimbi”
Sebenarnya Donna juga tidak mengerti apa yang baru saja dia lakukan. Dia mengutuki dirinya sendiri karena bertindak diluar akal sehat.
“Baiklah, aku akan mencoba tidur. Malam George”
“Iya, malam”

Akhirnya semalaman George tidak tidur sama sekali. Bayangan-bayangan yang semalam dilihat juga tidak muncul sama sekali. Sampai matahari terbit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar