Selasa, 24 Januari 2012

Donna (Pt 1)


Suatu hari, di negeri antah berantah. Hiduplah seorang putri. Namanya Donna. Layaknya seorang putri. Dia cantik menawan sempurna rupanya. Sayangnya, tak seperti rupanya yang begitu cantik. Putri Donna memiliki tabiat yang sangaaaatt buruk. Penuh dengki, dan suka memfitnah. Tidak hanya disitu, putri donna juga tidak suka apabila ada orang yang melebihi dia. Lebih cantik, lebih pintar, lebih apapun. Dia tdk suka.

Suatu hari, putri Donna pergi bersama pelayannya Cherry ke sebuah kebun buah. Buah disana segar & ranum. Donna tergiur ingin memakannya. Tanpa ragu dia memetik sebuah apel yang amat merah dan besar. Cherry dengan ragu-ragu berkata “yang mulia, bukankah lebih baik kita minta izin dulu??”
“Untuk apa? Aku tidak perlu minta izin untuk melakukan apapun!! Kau pelayan belagu!! Mau kupecat!??”
“ti..tidak tu..tuan putri.” Jawabnya ketakutan

Donna lalu menggigit apel tersebut, tak disangka, apel itu sangat manis! Apel termanis yang pernah dirasakannya selama ini! Sangking senangnya, donna ingin memiliki seluruhnya. Maka diperintahkannya si pelayan memetik semua apel di taman itu. Pelayan menurut saja. Donna memakan sisa apelnya, sambil memantau Cherry yang memetik apel-apel disana.Tiba2 dari belakang donna muncul seseorang.

"Nona muda.. Kurasa kau sedang mencuri apel-apel ku. Kau harus dihukum!" Donna kaget setengah mati. Seorang nenek muncul tiba-tiba dari belakangnya
"Kau nenek tua, beraninya kau menuduhku mencuri!! Kau pasti tak mengenal aku. Aku adalah tuan putri!!!" Donna melotot, namun menyadari tubuhnya telah mundur sedikit.
“Sekalipun kau putri Raja. Pencuri tetaplah pencuri. Karenanya kau harus dihukum nona.”
Tangan si nenek mencoba menggapai Donna.Donna sontak menghardik, sehingga si nenek terjatuh ke tanah. "Persetan kau nenek tua!!!" Memberi aba-aba pada Cherry untuk pergi segera dari sana.
Cherry mengikuti Donna, namun tak tega melihat si nenek. Lalu dia membantunya berdiri. "Terimakasih nona, kebaikanmu adalah kebahagiaanmu" Cherry tdk begitu mengerti maksud si nenek. Tp karena dia terburu-buru, maka dia hanya bisa tersenyum pada nenek itu dan ikut pergi dengan Donna.

Di perjalanan pulang. Donna terngiang-ngiang ucapan si nenek. Ada sedikit rasa takut dalam dirinya. Tapi diabaikannya. Dia makan apel lagi. Sesampainya di istana. Grand, sang kepala pelayan tergesa-gesa menghampiri dengan wajah yang pucat pasi.
"Ada apa Grand?"
"Beg..begini nona.. Ayah nona... Eh maksudku, Raja.. pi..pingsan, dan belum sadar"
"APPAAHHHH !!!???? " Donna segera berlari ke tempat sang Raja berada. Dia pucat pasi. Disampingnya, sang ratu menemani sambil tersedu-sedu. Mereka berpelukan.
Donna terus berada di samping sang ayah sampai larut malam. Kemudian Ratu berkata “Tidurlah nak, ayahmu akan baik-baik saja.” Donna menurut.

Dikamarnya, Donna melihat, ada sepucuk surat di atas mejanya.. Dengan ragu, dia merobek dan membaca isinya. Bukan main Donna terkejut. Di surat itu tertulis:
"Pencuri adalah pencuri, karenanya dia harus dihukum!" Membacanya lutut Donna gemetar.. Ini tidak mungkin! Batinnya. Pandangannya kabur, dan pikirannya kalut saat itu juga. Dia tidak bisa berkata apa-apa selain menelungkupkan wajah diantara kakinya depanjang malam tanpa sedikitpun tertidur.

Esok paginya, subuh tepatnya. Tanpa ditemani siapapun. Donna menunggangi Kuda menuju kebun buah yang kemarin didatanginya. Bertemu si nenek.
"Apa yang telah kau lakukan nenek tua??!!!" Teriaknya begitu melihat nenek itu.
"Menghukummu Nona muda" Nenek Dengan tenang menjawab.
Donna terjatuh, tubuhnya lemas namun tetap menatap benci "Kau mau membunuh ayahku???"
"Aku? Tidak.. Aku hanya mau mengingatkanmu"
“Kau begitu sombong nak, orang-orang membencimu. Namun kau tidak menyadarinya. Aku hanya ingin kau menyesali perbuatanmu terhadapku!”
“Baik..baiklah, maafkan aku.. Maafkan aku! Puas kau? Sekarang ikut aku ke istana. Sembuhkan ayahku sekarang juga!!!”
Namun nenek itu diam saja ketika Donna hendak menarik tangannya untuk ikut ke istana. "Tidak semudah itu nona muda" 
"Apa lagi sih!! Kau mau membunuhku sekalian disini? Apa maumu sebenarnya???"
Nenek itu diam, sambil mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari saku dan memberikannya ke Donna.
Donna penasaran, membuka gulungan tersebut yang isinya seperti sebuah peta. Usang dan agak buram. Dia mengernyit ke arah nenek. "Apa Ini??"
"Itu adalah penunjuk arah ke tempat orang yang bisa menyembuhkan ayahmu. Ajaklah pelayanmu kesana, & bawa perlengkapanmu" si nenek berbalik.
Donna murka atas penjelasan nenek "Kau nenek tua!! Kau tidak bisa menyembuhkan ayahku sekarang?? Kenapa harus aku yang melakukan ini semua"
“Perlu kesungguhan hati kalau kau mau ayahmu sembuh. Kau meminta maaf tapi sepertinya tidak dari hatimu. Keputusan ada ditanganmu nak”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar