Mulai dari sana mereka berkuda,
Cherry ngotot tidak mau bersama George. Jadi Donna dengan George lalu Cherry
dengan Mark. Dalam hati sebenarnya Donna ingin naik kuda bersama Mark daripada
bersama si Judes George ini. Sepanjang perjalanan mereka diam-diaman saja.
Terkadang terdengar Mark dan Cherry yg bercanda-canda diatas kudanya. Sedangkan
mereka berdua seperti sedang perang dingin saja memandang ke depan dengan kaku.
Namun diam-diam Donna memperhatikan dengan sesama sosok George yang
dihadapannya itu.
Secara fisik George
memang tdak kalah menawan daripada Mark, namun Mark terlihat lebih hangat dan
lebih ramah daripada George yg angkuh ini. Rambutnya coklat terang, sama dgn
warna matanya, kulitnya kuning pucat, dan tubuh yang tinggi tegap dengan
punggung yg lebar.
Akhirnya, Tak tahan
dengan kebisuan diantara mereka, maka Donna memberanikan diri memulai
pembicaraan. "Hutan ini sepi sekali yah?" Katanya asal-asalan.
"Ini hutan,
wajar kalau sepi" jawab george sama ngasalnya.
Tapi Donna tak
berhenti disitu.
"Kau, siapanya
mark?" Tanyanya agak meragu.
"Kau siapanya
Mark?"
"Loh kau belum
jawab tapi malah balik nanya sih?"
"Aku, sepupu
Mark" jawab George. "Sekarang kau yg jawab!"
"Aku? Aku kenal
Mark beberapa hari yang lalu. Dia menolongku waktu jatuh dari kuda" jelas
Donna.
"Oh..."
Balas George mengangguk
"Oh iya! Kau
sudah pernah ke tempat Ny.Zimbi itu?"
"Pernah, dulu
sekali.. Dia wanita yg aneh. Kau tau... Dia benar-benar aneh menurutku"
"Maksudmu?
Kurasa memang semua penyihir harusnya aneh kan ?" George mengangkat bahunya
terdiam. Lalu tiba-tiba kuda mereka berhenti.
"Kenapa
berhenti?" Tanya Donna.
George diam melihat
sekeliling dengan tajam. Memberi sinyal kepada Mark yg dibelakang untuk
berhenti juga.
"Ada apa?" Tanya Mark.
"Entahlah,
sepertinya aku merasa kita sedang diawasi" "Benarkah? Aku tidak.
Ayolah kawan, jangan terlalu perasa"
"Aku serius,
tapi yasudahlah. Kita lanjut saja. Tapi kuminta kau pasang terus pengawasnmu.
Jangan lengah!"
"Baiklah..."
Mereka lanjut lagi.
Hari mulai gelap,
mereka memutuskan untuk istirahat. Cherry mengeluarkan makanan dan selimut
perbekalan mereka. Mark membuat api.
"Aku mengantuk
sekali" kata Donna sambil menguap.
"Kalian
tidurlah dulu. Aku akan berjaga" ucap Mark pada Donna dan Cherry.
"Kau juga
tidurlah, kita harus bergilir sampai pagi" ucapnya pada George.
"Tidak, kau
dulu saja. Aku belum mengantuk" katanya. Mark pun tidur
Sudah hampir 1jam
George berjaga di dekat api yg dibuat mark tadi. Tiba" terdengar
bunyi-bunyi dari belakang. *kresk kresk kresk*
George kaget dan
berdiri, sesaat kemudian dia melihat sekelebat bayangan di balik pohon
didekatnya. Gerakan bayangan itu amat cepat.
"Siapa
disana?" Katanya. Namun suasana sepi kembali.
"Ada apa George?"
Donna rupanya terbangun dan sudah berdiri di belakangnya.
"Kau!!
Mengagetkanku saja!" kata George melihat Donna yg berdiri dengan selimut
dibahunya. "Kenapa kau tidak tidur?"
"Aku tidak
biasa tidur di tanah yg keras bgitu"
"oh, iya.. Kau
seorang putri. Wajar kalau kau begitu" nadanya menyindir. Donna tak
menjawab
Mereka duduk dekat
api unggun, namun tak ada satupun yg mencoba bicara. Sampai akhirnya "Aku
rindu ayahku" Donna menggumam sendiri. George menoleh ke arah Donna. Dalam
sepersekian detik. Ada
rasa simpati dalam dirinya terhadap Donna. Dia ingin menghibur wanita itu.
Namun yg bisa dilakukan George hanyalah mengusap-usap kepala Donna.
"Tenanglah, ayahmu pasti bisa sembuh. Dia juga merindukanmu kurasa"
Tambahnya
Donna meraih tangan
George dari kepalanya lalu kemudian menggenggamnya. Jantung George berdegup
sangat kencang, namun dia harus tetap tenang...tenang… kau harus tenang. George
membatin.
George makin gugup,
entah kenapa dia bisa segugup itu. Donna memang cantik. Tapi ini bukan pertama
kalinya dia berpegangan dengan wanita cantik. Donna menoleh, menatap George
dengan matanya yang sendu
"Terimakasih
George. Terimakasih kau mau membantuku, dan sekarang kau menghiburku,
terimakasih banyak" Ucap Donna sambil tersenyum.
George meleleh.
Belum sempat
menjawab apa-apa, tiba-tiba Donna suah mendekat dan memberinya sebuah kecupan
tepat di pipi. George kaget sekali. Wajahnya merah padam tidak berani menatap
wajah Donna secara langsung.
“Kau tidurlah lagi,
kalau lancar kurasa besok kita sudah sampai di tempat Ny.Zimbi”
Sebenarnya Donna
juga tidak mengerti apa yang baru saja dia lakukan. Dia mengutuki dirinya
sendiri karena bertindak diluar akal sehat.
“Baiklah, aku akan
mencoba tidur. Malam George”
“Iya, malam”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar