Sama kaget nya, Mark
pun terbelalak. "Tu..tuan putri?!" George bingung,
"Siapa tuan
putri? Wanita ini??" Menunjuk kearah Donna. "Serius?" lanjutnya.
"Sekarang kau
tau siapa aku yang hampir mati ditabrak kuda mu! Kurasa belum terlambat kalau
kau mau minta maaf!",
"Minta maaf?
Aku? Kau bercanda. Aku tidak akan mau!"
Melihat ketegangan
ini Mark menegahi "Hei, sudahlah George, apa susahnya sih?" Melihat
Donna " Maafkan kami Yang Mulia" Donna mengangguk.
George diam saja,
kembali ke kuda. Seperti memeriksa keadaan kudanya. Atau mungkin hanya
pura-pura memeriksa, karena malu dan gengsi.
Mark tetap ditempat.
"Sebenarnya apa yang sedang dilakukan yang mulia disini?"
"Aku? Umm,
Sebenarnya ceritanya panjang. Begini.....” lalu Donna menceritakan semuanya,
mulai dari peristiwa kebun buah dan ayahnya yang jatuh sakit karenanya.
"Begitu lah,
jadi kupikir mengingat supir kereta yang kabur, dan kami juga tidak tau arah.
Jadii....." menatap Mark, dengan maksud tertentu.
Mark mengangkat
alisnya, "Maksudmu?? Kami .. Oh aku mengerti maksudmu. Tapi aku tidak
yakin rekanku disana akan setuju"
Mereka serempak
menoleh ke arah George yang sedang menyibukkan dirinya sendiri.
"Tenang, aku
ada ide, kau Cherry, berbaringlah!! Sekarang!"
"Aku?
Kenapa?"
"Sudah, lakukan
saja, jangan buka mata sebelum aku suruh! Sekaraaanngg!!"
"Di tanah ini
Yang mulia??"
" Iya, masa
dikasur!!"
Cherry menurut, dia
berbaring di tanah, "Sebenarnya apa maumu?" Tanya mark.
"Kau ikuti
saja!" Lalu donna mulai berteriak. "ASTAGA CHERRY!!"
"Cherry kau
kenapa?? Bangun!!" Donna menjerit2 & duduk di sebelahnya. Cherry
membuka mata mengintip, yg disambut oleh mata melotot Donna.
"Mark, kita
harus mengangkatnya kedalam kereta. Tapi kurasa kau tidak kuat sendiri,
harusnya kita bisa mendapat bantuan seorang lagi!"
Merasa tersindir,
George menengok. Namun masih ragu mau menolong atau tidak "George, kurasa
aku butuh bantuanmu!!" Panggil Mark.
Dengan wajah kesal,
George mendatangi mereka dan bersama-sama menggotong Cherry kedalam kereta
"Tak seberat yg kukira" katanya.
"Aku sedang
lemas" jawab mark membela diri. "Kau naik lah, aku akan mengemudikan
keretanya." Lanjut mark bergegas ke tempat kemudi.
"Kenapa aku
harus ikut? Aku tidak mau satu kereta dengan orang macam dia" menoleh ke
arah Donna yg sudah didalam. "Lagipula kudaku?"
"Baiklah, kau
bawa kudamu ikut denganku, kita harus ikut George. Mereka cuma berdua saja.
Kurasa kau masih punya rasa kasihan kan ?"
"Terserah kau
lah!!" George akhirnya menyerah. Membawa kudanya mengikuti disamping
kereta.
"Kau mau bawa
mereka ke mana?"
"Kau tau
Ny.Zimbi?"
"Penyihir itu?
Jangan bilang kita akan kesana? Kau bercanda mark! Memang dia sakit apa sampai
harus dibawa kesana?"
"Bukan, kita
bukan kesana untuk mengobati wanita itu. Tapi untuk mengobati sang Raja. Ayah
tuan putri yang sedang sakit keras" jelas Mark. "Kurasa, kita harus
berhenti disini, kau tau jalan kesana agak sulit ditempuh apabila kita membawa
kereta ini. Suruh mereka turun"
Dengan ogah-ogahan
George mengetuk pintu kereta. Mereka menjawab dari jendela.
"Ada apa? Kita sudah
sampai?"
"Hooo, kau
pikir sedekat itu. Turunlah, dari sini kita naik kuda saja. Tidak mungkin naik
kereta ke rumah penyihir Zimbi." Donna turun dengan ragu "Penyihir
siapa?"
"Ny.Zimbi.
Menurut peta ini, tempat yang kau maksud sepertinya rumah Ny.Zimbi. Dia
penyihir hutan" kata Mark yang baru turun dari tempatnya.
"Penyihir?
Kupikir dia tabib. Maksudku, kupikir orang yang bisa menyembuhkan ayahku adalah
tabib. Siapa tadi namanya? Zimbi?" Donna heran.
"Tempatnya
masih jauh, beruntunglah kalian bertemu kami, kalau tdk kalian mungkin sdh
dimakan harimau" Ketus George "Harimau?" Cherry panik.
"Jangan
dengarkan dia Cher , dia suka bercanda. Yang
harus kau takutkan adalah George yg mungkin menyerangmu saat kau lengah"
Cherry merona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar