Suatu
hari, di negeri antah berantah. Hiduplah seorang putri. Namanya Donna. Layaknya
seorang putri. Dia cantik menawan sempurna rupanya. Sayangnya, tak seperti
rupanya yang begitu cantik. Putri Donna memiliki tabiat yang sangaaaatt buruk.
Penuh dengki, dan suka memfitnah. Tidak hanya disitu, putri donna juga tidak
suka apabila ada orang yang melebihi dia. Lebih cantik, lebih pintar, lebih
apapun. Dia tdk suka.
Suatu
hari, putri Donna pergi bersama pelayannya Cherry ke sebuah kebun buah. Buah
disana segar & ranum. Donna tergiur ingin memakannya. Tanpa ragu dia
memetik sebuah apel yang amat merah dan besar. Cherry dengan ragu-ragu berkata
“yang mulia, bukankah lebih baik kita minta izin dulu??”
“Untuk apa? Aku
tidak perlu minta izin untuk melakukan apapun!! Kau pelayan belagu!! Mau
kupecat!??”
“ti..tidak tu..tuan
putri.” Jawabnya ketakutan
Donna
lalu menggigit apel tersebut, tak disangka, apel itu sangat manis! Apel
termanis yang pernah dirasakannya selama ini! Sangking senangnya, donna ingin
memiliki seluruhnya. Maka diperintahkannya si pelayan memetik semua apel di
taman itu. Pelayan menurut saja. Donna memakan sisa apelnya, sambil memantau
Cherry yang memetik apel-apel disana.Tiba2 dari belakang donna muncul
seseorang.
"Nona muda..
Kurasa kau sedang mencuri apel-apel ku. Kau harus dihukum!" Donna kaget
setengah mati. Seorang nenek muncul tiba-tiba dari belakangnya
"Kau nenek tua,
beraninya kau menuduhku mencuri!! Kau pasti tak mengenal aku. Aku adalah tuan
putri!!!" Donna melotot, namun menyadari tubuhnya telah mundur sedikit.
“Sekalipun kau putri
Raja. Pencuri tetaplah pencuri. Karenanya kau harus dihukum nona.”
Tangan
si nenek mencoba menggapai Donna.Donna sontak menghardik, sehingga si nenek
terjatuh ke tanah. "Persetan kau nenek tua!!!" Memberi aba-aba pada
Cherry untuk pergi segera dari sana .
Cherry
mengikuti Donna, namun tak tega melihat si nenek. Lalu dia membantunya berdiri.
"Terimakasih nona, kebaikanmu adalah kebahagiaanmu" Cherry tdk begitu
mengerti maksud si nenek. Tp karena dia terburu-buru, maka dia hanya bisa
tersenyum pada nenek itu dan ikut pergi dengan Donna.
Di
perjalanan pulang. Donna terngiang-ngiang ucapan si nenek. Ada sedikit rasa takut dalam dirinya. Tapi
diabaikannya. Dia makan apel lagi. Sesampainya di istana. Grand, sang kepala pelayan
tergesa-gesa menghampiri dengan wajah yang pucat pasi.
"Ada apa Grand?"
"Beg..begini
nona.. Ayah nona... Eh maksudku, Raja.. pi..pingsan, dan belum sadar"
"APPAAHHHH
!!!???? " Donna segera berlari ke tempat sang Raja berada. Dia pucat pasi.
Disampingnya, sang ratu menemani sambil tersedu-sedu. Mereka berpelukan.
Donna
terus berada di samping sang ayah sampai larut malam. Kemudian Ratu berkata
“Tidurlah nak, ayahmu akan baik-baik saja.” Donna menurut.
Dikamarnya,
Donna melihat, ada sepucuk surat
di atas mejanya.. Dengan ragu, dia merobek dan membaca isinya. Bukan main Donna
terkejut. Di surat
itu tertulis:
"Pencuri adalah pencuri, karenanya dia harus
dihukum!" Membacanya lutut Donna gemetar.. Ini tidak mungkin!
Batinnya. Pandangannya kabur, dan pikirannya kalut saat itu juga. Dia tidak
bisa berkata apa-apa selain menelungkupkan wajah diantara kakinya depanjang
malam tanpa sedikitpun tertidur.
Esok
paginya, subuh tepatnya. Tanpa ditemani siapapun. Donna menunggangi Kuda menuju
kebun buah yang kemarin didatanginya. Bertemu si nenek.
"Apa yang telah
kau lakukan nenek tua??!!!" Teriaknya begitu melihat nenek itu.
"Menghukummu
Nona muda" Nenek Dengan tenang menjawab.
Donna
terjatuh, tubuhnya lemas namun tetap menatap benci "Kau mau membunuh
ayahku???"
"Aku? Tidak..
Aku hanya mau mengingatkanmu"
“Kau begitu sombong
nak, orang-orang membencimu. Namun kau tidak menyadarinya. Aku hanya ingin kau
menyesali perbuatanmu terhadapku!”
“Baik..baiklah,
maafkan aku.. Maafkan aku! Puas kau? Sekarang ikut aku ke istana. Sembuhkan
ayahku sekarang juga!!!”
Namun
nenek itu diam saja ketika Donna hendak menarik tangannya untuk ikut ke istana.
"Tidak semudah itu nona muda"
"Apa lagi sih!!
Kau mau membunuhku sekalian disini? Apa maumu sebenarnya???"
Nenek
itu diam, sambil mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari saku dan
memberikannya ke Donna.
Donna
penasaran, membuka gulungan tersebut yang isinya seperti sebuah peta. Usang dan
agak buram. Dia mengernyit ke arah nenek. "Apa Ini??"
"Itu adalah
penunjuk arah ke tempat orang yang bisa menyembuhkan ayahmu. Ajaklah pelayanmu
kesana, & bawa perlengkapanmu" si nenek berbalik.
Donna murka atas
penjelasan nenek "Kau nenek tua!! Kau tidak bisa menyembuhkan ayahku
sekarang?? Kenapa harus aku yang melakukan ini semua"
“Perlu kesungguhan
hati kalau kau mau ayahmu sembuh. Kau meminta maaf tapi sepertinya tidak dari
hatimu. Keputusan ada ditanganmu nak”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar